Friday, May 20, 2011

I Write This in a Middle of Tears

Entah harus bagaimana lagi aku menyikapi perasaan ini. Perasaan ini sangat nyata, sungguh. Berulang kali aku berpura - pura tidak terjadi apa - apa antara diriku dan dirimu, tapi ketika apa yang terjadi adalah nyata, aku tidak bisa lagi menyangkalnya. Aku tau perasaan ini salah, tapi aku tidak pernah bisa menyalahkannya.
Tentang keputusanku.. HAHA aku kalah. Aku dikalahkan oleh waktu. Belum sampai satu bulan, aku sudah menelan ludahku sendiri. Semua perkataanku itu hanya bertahan sampai di bibir saja, menetap di sana dan tak pernah datang dari dalam hati. Selamat, kamu menang sekarang. Waktu berpihak kepadamu.

Tolong, jelaskan padaku, bagaimana caranya aku bisa melupakanmu begitu saja? Bagaimana caranya aku bisa menghilangkan perasaan ini? Bagaimana caranya aku menganggap tidak terjadi apa - apa? Bagaimana caranya aku bisa 'move on' jika aku masih menyayangimu? Bagaimana caranya kamu melakukan semua yang tidak bisa aku lakukan dengan mudahnya? Tolong, aku tersiksa dengan keadaan ini.

Tidakkah kau tau, ibarat kayu, hatiku adalah sebatang kayu yang kokoh. Kemudian dengan teganya kamu menancapkan paku di kayu tersebut dan mengambilnya. Kayu itu berlubang, dan tidak hanya sekali saja kamu melakukannya, tapi berulang kali. Hingga akhirnya lubang itu menjadi satu, besar dan menghancurkan kayu itu. Lalu apa yang akan kamu lakukan dengan kayu itu? Menambalnya? Percuma saja, kayu itu sudah rapuh. Ya, sepertiku.

Sebenarnya, kamu tidak menyakitiku. Tidak pernah. Aku yang menyakiti diriku sendiri. Aku yang membiarkan hatiku tersakiti. Aku yang menginjakkan kakiku pada lubang itu. Bodoh ya? Memang, tapi aku sudah lupa cara berpikir yang benar. Melihat betapa bodohnya aku, rasanya aku sudah lupa pintar itu bagaimana.
Seharusnya aku bahagia. Melihatmu bisa mendapatkan seseorang yang benar - benar bisa menggantikan posisiku. Seseorang yang menjalankan tugas yang seharusnya aku lakukan untukmu. Seseorang yang bisa menjagamu. Seseorang yang bisa membuatmu tertawa, tersenyum dan bahagia. Seseorang yang memang terbaik untukmu. Dan seseorang itu bukan aku. Ya, seharusnya aku bahagia. Namun sebagian lain dari diriku merasakan hal yang berbeda. Aku tidak munafik, aku memang cemburu. Aku merasakan sakit itu. Tapi aku tidak bisa melakukan apa - apa. Yang bisa aku lakukan hanyalah diam, merenung dan menangis. Seperti yang sedang aku lakukan saat ini..

No comments:

Post a Comment