Wednesday, October 28, 2015

Pilkada 2015, Pertuni: Kami Juga Butuh Sosialisasi

Minggu, 25 Oktober 2015


Slamet Riyadi, ketika ditemui di rumahnya

Surabaya - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Indonesia akan diselenggarakan secara serentak pada 9 Desember 2015. Menjelang penyelenggaraannya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya gencar melakukan sosialisasi kepada berbagai lapisan masyarakat di Surabaya, guna memberikan informasi yang berkaitan dengan Pilkada. Selain memasang alat peraga kampanye di sudut-sudut kota Surabaya, KPU juga memberikan sosialisasi kepada kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) menjadi salah satu kelompok yang berkesempatan mendapatkan sosialisasi langsung oleh KPU, yang diselenggarakan pada Kamis (15/10) di Balai Pemuda Surabaya. KPU mengundang sekitar 100 anggota Pertuni untuk menghadiri acara tersebut.
Materi sosialisasi yang diberikan oleh KPU adalah hak dan kewajiban masyarakat untuk memilih serta tata cara pemilihan. Hal tersebut diungkapkan oleh Slamet Riyadi, ketua Pertuni Surabaya ketika ditemui di rumahnya pada Minggu (25/10). Slamet menceritakan proses sosialisasi yang dilakukan oleh KPU. Pembicara dari KPU dan Pusat Pemilihan Umum Akses Penyandang Cacat (PPUA Penca) memberikan informasi seputar Pilkada, mulai dari siapa pasangan calon dalam Pilkada, visi dan misi dari masing-masing pasangan calon hingga penanganan jika terjadi pelanggaran. KPU juga memberikan penjelasan tentang template, alat bantu tunanetra untuk mencoblos. Cara penggunaan template adalah dengan memasukkan surat suara ke dalam template yang berisikan huruf Braille, sehingga para tunanetra dapat membaca surat suara dan mencoblos dengan benar. Nantinya KPU akan menyediakan template di setiap TPS untuk mempermudah para tunanetra melakukan pencoblosan. “Ada atau nggak ada tunanetra, di setiap TPS harus ada template,” ujar Slamet.
Meski sudah disediakan template, Slamet mengaku penyandang tunanetra tetap harus dibantu oleh orang lain. Template hanya berfungsi untuk membantu penyandang tunanetra agar dapat membaca surat suara, sehingga dapat mencoblos sendiri tanpa bantuan orang lain. Tetapi untuk memasukkan surat suara ke dalam template dengan benar, mereka masih membutuhkan bantuan. “Ya tetap harus dibantu, karena kita kan nggak bisa ngepasin sendiri kertasnya. Kalau terlalu ke atas, nanti foto pasangan calonnya nggak pas, nanti nyoblosnya salah,” terang Slamet. Setelah dibantu memasukkan surat suara ke dalam template, penyandang tunanetra juga harus dibantu untuk melipat surat suara dan memasukkannya ke dalam kotak suara. “Kalau ada tunanetra yang bilang nggak butuh bantuan, non sense itu mbak,” imbuhnya sambil tertawa.
Template sudah disediakan oleh KPU sejak pemilihan presiden pada tahun 2009. Keberadaan template bagi penyandang tunanetra merupakan hal yang penting. Selain untuk mempermudah dalam proses pencoblosan, penggunaan template juga berguna untuk menjaga rahasia. Selama ini, Slamet selalu merasa kurang yakin jika dibantu orang lain ketika mencoblos. “Ya bukannya su’udzhon, tapi takutnya dia punya pikiran atau kepentingan lain. Misal saya minta dicobloskan yang A, tapi dia nyoblos yang B. Saya kan nggak tahu dia jujur atau tidak,” ungkap pria berusia 50 tahun itu.
Sayangnya, KPU kurang menjelaskan tentang penggunaan template ke tingkatan bawah, yaitu TPS. Berdasarkan pengalaman Slamet selama mengikuti pemilihan umum di periode-periode sebelumnya, penjaga TPS seringkali tidak memberikan template untuk mencoblos. Dia malah menawarkan diri untuk mengantarkan Slamet ke bilik dan membantu mencobloskan. “Saya kan sudah sering nyoblos, kadang penjaganya itu ngomong gak usah wes tak terno ae (tidak usah, saya antarkan saja),” kata Slamet sambil menirukan ucapan penjaga TPS. Di lain kesempatan, penggunaan template di TPS malah disalahgunakan. Tidak jarang penjaga TPS menggunakannya untuk kipas-kipas. Oleh karena itu, KPU juga perlu memberikan sosialisasi kepada setiap TPS apa pentingnya template bagi penyandang tunanetra agar tidak disalahgunakan.
Slamet menuturkan, KPU selalu menggelar sosialisasi bagi para penyandang disabilitas setiap kali menjelang pemilihan umum. Tetapi baru kali ini KPU memberikan sosialisasi khusus untuk Pertuni. Permintaan tersebut berasal dari Pertuni, yang mengirimkan surat kerjasama kepada KPU untuk memberikan sosialisasi Pilkada kepada Pertuni. Menjawab permintaan tersebut, KPU mengundang para anggota Pertuni untuk menghadiri sosialisasi tatap muka mengenai Pilkada. “Tahun-tahun sebelumnya ya ada sosialisasi, tapi untuk umum nggak hanya Pertuni aja. Tahun ini Pertuni mengajukan sendiri ke KPU. Biar KPU tahu kalau Pertuni juga butuh sosialisasi,” ujar Slamet.
Menurut Slamet, sosialisasi yang diberikan oleh KPU belum efektif, karena KPU hanya memberikan sosialisasi secara teoritis saja. Masih banyak anggota Pertuni yang belum paham tentang cara pencoblosan yang dijelaskan. Template yang digunakan sebagai contoh pun masih menggunakan template untuk Pilkada 2010. KPU perlu memberikan sosialisasi yang mempraktekkan bagaimana cara mencoblos yang sesungguhnya, dengan menggunakan template untuk Pilkada tahun ini. “Insya Allah ada sosialisasi yang untuk praktek, tapi masih belum tahu kapan jadwalnya. Nanti nggak hanya tunanetra saja yang dapat sosialisasi, tapi kelompok disabilitas lainnya juga,” kata Slamet.
Pria yang juga bekerja sebagai guru di SLB A YPAB (Yayasan Pendidikan Anak Buta) Tegalsari itu berharap, teman-teman di organisasi Pertuni dapat menghargai fasilitas yang telah diberikan oleh KPU. Salah satunya dengan cara harus ikut berpartisipasi dalam Pilkada dan tidak golput. Soal siapa pasangan calon yang harus dipilih, itu bergantung pada kebijakan dan hati nurani masing-masing. Jika bisa, anggota Pertuni diharapkan memilih pasangan calon yang dapat memberikan akomodasi kepada kelompok disabilitas, khususnya tunanetra. Sebagai penyandang tunanetra, Slamet membutuhkan fasilitas di kota Surabaya yang bisa digunakan oleh sesama penyandang tunanetra. Misalnya trotoar atau jalur penyebrangan, yang ditambahkan fasilitas khusus untuk penyandang cacat. “Paling tidak biar tunanetra itu bisa sendiri, tanpa bantuan orang lain,” ucap Slamet. 

No comments:

Post a Comment