Suasana Pemilihan Ketua Osis SMA 4 Surabaya |
Surabaya -
Euforia Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Surabaya yang akan dilaksanakan pada
Desember mendatang mulai terlihat. Baliho dan umbul-umbul yang merupakan alat
peraga kampanye sudah banyak terpasang di beberapa titik-titik di kota
Pahlawan. Tak jarang, ada beberapa angkutan umum yang juga turut melakukan
kampanye dengan menempel stiker pasangan calon di kaca belakang kendaraannya.
SMA Negeri 4 memiliki cara sendiri untuk ikut merasakan
euforia Pilkada tahun ini. OSIS SMA Negeri 4 Surabaya melakukan simulasi
pemilihan umum (Pemilu) dalam pemilihan ketua OSIS yang baru. Pemilihan ketua
OSIS yang berlangsung pada Jumat (23/10) kemarin diikuti oleh seluruh siswa SMA
Negeri 4 Surabaya, mulai dari kelas 10 hingga kelas 12. Ada 4 bilik dari kardus
yang ditempatkan di joglo sekolah sebagai tempat para siswa mencoblos calon
ketua OSIS. Sama halnya dengan Pemilu pada umumnya, para siswa mendapatkan satu
surat suara, kemudian bergantian memasuki bilik dan mencoblos surat suara
dengan paku yang telah disediakan dalam bilik, dan memasukkannya dalam kotak
suara.
Nindy Zeal Mercury, selaku sekretaris OSIS SMA Negeri 4
Surabaya, mengatakan pelaksanaan pemilihan tersebut memang diselenggarakan
untuk menyambut Pilkada Surabaya, mengingat semakin dekat dengan jadwal yang
sudah ditentukan. Simulasi pemilihan diadaptasi dari tata cara pemilu yang
selalu diadakan di Indonesia. Meski belum pernah berpartisipasi dalam
pemilu-pemilu sebelumnya, Nindy mengetahui tata cara tersebut melalui televisi
dan keluarga. ”Ya lihat dari televisi mbak, biasanya kan kalau
mau pemilu selalu ditayangin di televisi gimana cara nyoblosnya.
Kadang juga orang tua yang jelasin,” ungkapnya.
Ketika ditanya mengenai informasi Pilkada tahun ini, gadis
yang duduk di bangku kelas 12 tersebut mengaku tidak banyak mengetahuinya.
Nindy hanya mengetahui siapa saja pasangan calon wali kota dan wakil wali kota,
tanpa mengetahui visi dan misinya. Dia mengaku tidak mendapatkan sosialisasi
dari KPU mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Pilkada, baik tentang tata cara
mencoblos dan visi misi dari para pasangan calon. “Aku malah
nggak tahu kalau KPU ngadain sosialisasi. Selama ini
aku tahu informasi tentang Pilkada dari televisi sama orang tua aja,
kadang ya liat baliho yang dipasang di jalan-jalan. Menurutku ya dari situ aja aku
dapet informasi Pilkada,” kata gadis berkerudung itu.
Muhammad Fajriansyah Danendra berpendapat lain. Cowok yang
akrab disapa Fajri ini pernah mendengar bahwa KPU telah melakukan sosialisasi tentang
cara melakukan pencoblosan. Hanya saja, ketika itu dia tidak berkesempatan
untuk hadir dalam acara tersebut. “Iya pernah denger sih mbak, pas aku
kelas 2 SMA. Tapi aku waktu itu nggak bisa ikut, lupa kenapa
hehe.. kalau nggak salah temanku ada yang ikut kok. Katanya
waktu itu dijelasin gimana cara nyoblos, terus
dibilangin kalau bisa harus ikut nyoblos jangan
golput,” ungkap Fajri.
Melewatkan sosialisasi yang pernah diadakan oleh KPU,
tidak lantas membuat Fajri tidak peduli terhadap informasi Pilkada. Cowok
berusia 17 tahun itu rajin membaca koran dan menonton televisi untuk memenuhi
kebutuhan informasinya. Tak jarang, dia melihat baliho-baliho pasangan calon
yang dipasang di pinggir jalan. “Aku juga dijelasin sama
bapak sih mbak. Bapak kan wakil RT, jadi ya
dikasih tahu gambarannya Pemilu itu kayak gimana,” kata Fajri.
Selain itu, Fajri juga mendapatkan materi tentang praktek Pemilu atau Pilkada
dari pelajaran Pkn di sekolah. “Di sekolah juga diajarin tentang
praktek Pemilu atau Pilkada itu kayak gimana, mulai dari
urutan-urutannya juga,” imbuhnya.
Sebagai pemilih pemula, Nindy dan Fajri memiliki tanggapan
yang berbeda terhadap Pilkada 2015. Meski ini baru pertama kali berpartisipasi
dalam Pemilu, Nindy merasa biasa saja. Dia belum bisa memutuskan kepada siapa
dia harus memilih. “Ya kalau nggak males aku nyoblos,
kalau males ya enggak mbak, hehe..” ujar
Nindy sambil tertawa. Nindy mengungkapkan alasannya, bahwa dia tidak terlalu
tertarik dengan politik di Indonesia. Baginya, siapapun nanti yang memimpin
Surabaya pasti merupakan pilihan terbaik yang dipilih oleh masyarakat.
Sebaliknya, Fajri merasa senang bisa berpartisipasi dalam
Pilkada 2015 untuk pertama kalinya. “Aku sih excited banget,
soalnya aku pingin tahu gimana kepemimpinan
selanjutnya, dipimpin oleh siapa,” kata Fajri. Kesempatan untuk berpartisipasi
pertama kali akan digunakan Fajri dengan sebaik-baiknya. Hak suara yang dia
miliki akan digunakan untuk memilih siapa yang pantas untuk memimpin Surabaya
di periode mendatang. “Kalau menurut aku pribadi, aku pingin
milih soalnya eman, sia-sia kalau nggak dipake,
soalnya suara itu penting untuk negara, apalagi kemajuan untuk Indonesia
sebagai negara berkembang,” tambahnya.
No comments:
Post a Comment